Sunday, June 2, 2013

Memori Diari Bunda


December, 25th 1990

Hey Diary,

Today was the best day i ever had in my life! You know why?? ‘cus today was the first Christmas i celebrated with my beloved hubby :* and.... i got a great great news that i’m pregnant! Yes, pregnant!
Ah..i can’t explain it in words..
Diary, my baby will be your best friend too, i swear you

Aku hanya mengerutkan dahiku membaca tulisan itu. Ditulis bunda dalam diari tuanya tepat 21 tahun yang lalu. Aku bahkan tak tahu bahwa bunda pernah merayakan natal sebelumnya. Bersama ayah? Ayahku kah? Seharusnya begitu... setidaknya aku bahagia mengetahui betapa bahagianya bunda saat itu, saat aku datang dalam rahimnya.
Tak cukup banyak cerita dalam diari ini, mungkin bunda hanya menuliskan momen-momen bahagia dalam hidupnya, hmm..
Tapi, tetap saja aku tercengang, dulu bunda bukan muslim! Bunda tak pernah menceritakan hal ini padaku. Yaah..bunda pun memang tak pernah bercerita sedikit pun tentang ayah, bunda begitu menutup masa lalunya dariku. Bunda selalu bilang padaku,
“Bunda hidup lagi setelah bayi bunda lahir, Bunda udah lupa dulu-dulu itu gimana, yang penting kan sekarang sama Bunda, gak perlu mikirin yang jadul kan?”
Dan selalu saja aku tertawa dan memeluknya setiap kali bunda mengatakannya, tak ada lagi pertanyaan maupun tanggapan dari mulut cerewetku.

10 Mei 1991
Diari... kau tahu jam berapa ini? Pukul 3 pagi. 3 pagi. 3 pagi. Kau tahu artinya apa? Artinya aku masih terjaga hingga pukul 3 pagi. Maria sepertinya tertidur lelap. Mungkin ia tak merasakan bagaimana resahnya menunggu ayah pulang.
Ayah... kau dimana? Ada apa denganmu di sana? Aku khawatir sekali, Ayah... cepatlah pulang, aku dan Maria menunggumu datang..
Diari... salahkah aku karena terlalu menuntut banyak padanya? Aku hanya ingin dia bersikap lebih dewasa, aku lelah terus mengalah kepadanya. Mungkinkah dia frustasi dan mabuk di luar sana?
Oh, Ayah.. maafkan aku, aku menyesal.. aku benar-benar menyesal, Ayah..

Tahukah apa yg terbayang di benakku sekarang? Ayahku sepertinya orang yang kekanak-kanakan. Ya, seperti Adam. Oh, Adam, akankah kita seperti ini jika kita menikah kelak?
Hanya dua halaman ini dan aku sudah merasa bosan membacanya. Semua tentang ayah dan ayah. Aku bahkan tak tahu bagaimana wajah ayahku! Bunda bilang ayah telah pergi. Pergi meninggal atau pergi meninggalkan kami berdua?
Aku sudah tak peduli lagi, sejak kecil hanya bunda yang ada di sampingku. Tak ada kata ayah dalam hidupku. Benci? mungkin.. tapi tak juga, toh ada atau tidaknya dia tak ada efeknya bagiku.

1 September 1991

Hai, Diari.. masih ingat aku kan? Maaf, aku terlalu sibuk mengurus Maria. Kau tahu? Maria telah lahir! Dia begitu cantik, lebih mirip ayah sih, tak apa lah.. Maria lahir saat ulang tahun Indonesia lho, haha.. untungnya puskesmas tetap buka hari itu.

Lama sekali aku tak bercerita padamu. Ayah tak ada saat aku melahirkan Maria, hanya aku sendiri, mau siapa lagi? Orang tuaku sudah tak ada, kakak adik pun tak punya, bapak ibu mertua juga tak lagi peduli. Tapi aku bahagia, karena saat itu aku tahu aku akan memiliki Maria di dekapku.

Alhamdulillah aku menjadi muslim lagi, ya..sejak ayah menceraikanku, ayah pergi saat Maria berumur 6 bulan di kandunganku. Penyesalan dan penyesalan, penyesalan aku meninggalkan Tuhanku demi ayah. Menyesal dulu aku menikah tanpa restu orang tuaku, demi pria itu, berjalan kaki lima kilo meter ke gereja, dan banyak lagi... setidaknya aku tak akan pernah menyesali kehadiran Maria. Aku telah menemukan bahagiaku, hidupku terasa tenang dan penuh berkah. Kini aku dan Maria hidup bahagia di rumah warisan bapak ibuku.

Diari, tak apa kan dia tetap bernama Maria? Itu janjiku sejak awal, dia memang Maria sebelum dia lahir, dan juga kesepakatan antara aku dan ayah.
Maaf, aku tak punya cukup uang untuk mencetak fotonya untukmu, suatu saat kau bisa lihat sendiri betapa manisnya Maria. Walaupun Maria sangat lemah karena terlahir prematur, tapi dia selalu tersenyum manis untukku.

Maria sedang bermimpi dalam tidurnya, dia bukan malaikat kecilku, dia adalah bidadari. Bidadari berkulit putih, bermata hitam dan belum berambut, hehe..
Oya, siang ini aku bertemu ayah di supermarket. Aku senang melihatnya bahagia dengan keluarga barunya, ayah punya bayi kembar yang sangat lucu, tapi Maria jelas lebih baik dari mereka berdua!

Aku menggenggam sprei kasurku dan menahan tangis di dada. Tak bisa kubayangkan, mungkin aku tak bisa setabah bunda di waktu itu. Aku juga akhirnya tahu mengapa bunda selalu bilang bahwa “karena Maria itu ya Maria” tiap kali aku bertanya mengapa Bunda menamaiku Maria. Dan jelas kini, aku benci ayahku! Aku benci dia! Maaf bunda, aku tak bisa mencintainya seperti yang bunda lakukan. Ayah jahat padamu, Bunda! Jahat!!!

Kubuka galeri foto di handphone-ku, kulihat foto-foto bunda yang kuambil minggu lalu.
Bunda...Maria ingin sekali memelukmu sekarang L
Bunda...Maria rindu, rindu sekali pada Bunda L
Bunda...apa Bunda dengar suara Maria dari sini?
Kubalik lembar demi lembar, tak semua akan kubaca malam ini. Adakah catatan di hari ulang tahunku dulu?

August, 17th 1992

Diary!!!! today’s Maria’s b’day!! Happy first b’day, sweetheart! :*
You know? Maria is soooo cute now. I went to zoo with her today, she likes giraffee so much. She asked me, “what’s that, Mom?". I said, “That’s giraffee, Maria”. She smiled then asked again and again. She asked the same question for almost twenty times! That was awesome for me, haha.. i wasn’t bored of it at all, i kept answering her happily. Maria is my life. Yes, she really is J

Catatan terakhir di diari itu benar-benar mambuatku sesak, hatiku sesak hingga tenggorokanku pun sakit. Cerita itu mengingatkanku akan kejadian Jumat kemarin. Hari itu aku berkunjung, setelah sebulan lebih aku tak datang untuknya. Aku menyempatkan datang sepulang kerja, lelah memang, tapi aku harus datang. Bunda langsung saja memelukku begitu aku masuk. Tak seperti yang kukira bunda akan bilang betapa rindunya bunda padaku, tapi bunda justru mengeluh bahwa ia sangat lapar. Aku memang selalu membawa makanan untuknya setiap kali berkunjung. Segera kuambil sekotak nasi dan gudeg. Muka masamku tak dihiraukannya, aku baru saja putus dengan Adam siang ini. Aku menyuapinya tanpa gairah. Bunda sudah tak mampu lagi melihat maupun mendengar dengan baik,  pastilah tak sadar dan tak mendengar ocehan keluh kesahku, dan itu cukup membuatku jengkel.
Di suapan pertama, bunda bertanya, “Ini apa, Maria?”
Aku dengan enteng menjawab, “Ini gudeg, Bunda”.
Di suapan kedua, bunda bertanya lagi, “Ini apa, Maria?”
Kupalingkan wajahku dan berkata, “Ini gudeg, Bundaaa..”.
Di suapan ketiga dan keempat bunda tetap saja menanyakan hal yang sama, aku diam dan tak menjawabnya, aku benar-benar bad mood dibuatnya. Hingga akhirnya bunda bertanya lagi dengan lebih lembut,
“Maria, bunda sedang bertanya padamu, mengapa kau diam saja?”
“Bunda, sudah Maria katakan berulang kali, ini gudeg, Bunda! Apa Bunda tidak mendengarnya ha?? Ini gudeg! Bunda dengar sekarang?”
“Maafkan bunda, Maria, bunda bertanya terus karena bunda tak mendengar jawabanmu. Sekarang suaramu cukup kudengar, ini gudeg, kan? Makasih Mariaku sayang”
Tak kuhiraukan senyum manisnya itu, tak juga kulihat betapa teduh pandangannya untukku.

Andai aku tahu itu adalah saat terakhir bunda tersenyum untukku. Andai aku tahu hari itu hari terakhir aku bisa menyuapinya. Andai aku tahu Jumat kemarin itu adalah Jumat terakhir di hidup bunda untukku. Andai aku tahu, pasti aku akan mengatakan betapa aku mencintaimu, Bunda.. aku akan mengatakannya lebih sering daripada kau mengatakannya padaku.
Bunda... maafkan Maria, Maria hanya bisa menangisi bunda dengan memeluk diari ini.
Bunda... Maria begitu mencintai Bunda.
Bunda... maafkan Maria yang tak bisa menjadi gadis manis seperti saat bayi dulu.
Bunda... maaf, Maria banyak mengeluh pada bunda.
Bunda... maafkan Maria yang tak bisa mencintai bunda seperti bunda mencintai Maria, tak bisa memperlakukan bunda sebaik bunda memperlakukan Maria, tak bisa selalu ada untuk bunda seperti bunda yang selalu ada untuk Maria.
Bunda... insya Allah Maria akan terus mendoakan bunda, lebih sering dari doa bunda untuk Maria setiap harinya, di tiap shalat, maupun di tiap detak jantung bunda.


Sejak kemarin hingga seharian ini Maria terus berdoa pada Allah dan menitipkan salam untuk Bunda, Bunda senang tidak? Bunda, Maria tahu bunda pasti bahagia di sana. Tunggu Maria ya, Bundaa.. Maria sayang bunda :*

1 comment:

  1. Lucky 7 Casino & Hotel - Mapyro
    Lazy 7 Casino & Hotel is situated near 전라북도 출장샵 the Casino Hotel on 광양 출장안마 Mapyro. View 아산 출장마사지 map, reviews and information 안양 출장마사지 for 광명 출장안마 Lucky 7 Casino & Hotel in

    ReplyDelete